MENGAPA KADANG-KADANG KITA TIDAK MENGENALI KEHADIRAN YESUS BERSAMA KITA?

Baca: LUKAS 24:13-53

Pada peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus, ada dua murid yang meninggalkan Yerusalem menuju ke Emaus, dan di dalam perjalanan sementara mereka sedang memperbincangkan peristiwa yang sedang terjadi kemudian Yesus datang dan berjalan bersama mereka, tetapi mereka tidak mengenali Yesus.

Hal yg serupa terjadi di dalam kehidupan kita, sebenarnya Yesus ada bersama dengan kita senantiasa, tetapi kerap kali kita tidak mengenali Dia.

Mengapa kedua murid tidak mengenali Yesus yang sedang berjalan bersama dengan mereka?

1)    Kedua murid tidak mengenali Yesus bukan karena Yesus merubah rupaNya (mengambil rupa/wajah) orang lain.


Di dalam ayat 15 dikatakan bahwa “datanglah Yesus sendiri mendekati mereka,” tidak dikatakan bahwa Yesus datang dengan rupa atau wajah orang lain.
Di dalam ayat 31 dikatakan bahwa kemudian kedua murid itu mengenali Yesus.

Tidak ada satu ungkapan yang menjelaskan bahwa Yesus mengubah wajahNya sehingga kemudian kedua murid itu tidak mengenali Yesus. Wajah Yesus sebelum dan sesudah bangkit tetap sama.
Tetapi walau demekian kedua murid itu tidak mengenali Yesus.

Intinya – Yesus “ingin” supaya kedua muridnya mengenaliNya. Sebab ketika murid mengenali dan mengetahui kehadiran Yesus, pastilah mereka akan terhibur dan dikuatkan.

Hal yang sama berlaku bagi kita saat ini, Yesus ingin kita senantiasa menyadari kehadiranNya bersama dengan kita. Karena jika kita menyadari kehadiranNya bersama kita senantiasa, kita dhiburkan, dikuatkan, tidak perlua merasa takut terhadap apapun.

2)    Kedua murid itu tidak mengenali Yesus karena mereka dikuasai oleh kesedihan yang mendalam yang disebabkan oleh kematian Yesus, ay. 17-20.

Hal yang sama bisa terjadi di dalam kehidupan kita. Manakala kesedihan menguasai kehidupan kita, maka sukar bagi kita untuk mengenal kehadiran Yesus bersama kita.

Beberapa penyebab kesedihan yang perlu dikenal:

Berkaitan dengan masalah pribadi, contoh: Kehilangan orang yang dikasihi karena meninggal, merasa tidak mendapatkan kasih, merasa minder atau merasa selalu tidak mampu.

Berkaitan dengan keimanan, bahwa apa yang dipercayai/diyakini tidak tidak dapat direbut/dicapai. Contoh; “Saya pasti sembuh, tapi mengapa belum?”, “Saya pasti berhasil, tapi gagal, kenapa Tuhan tidak tolong?” “Saya pasti tidak jatuh dalam dosa, tapi jatuh”, “Doa yang belum dijawab,”

Berkaitan dengan peristiwa di masa lalu yang tidak dapat diterima. Contoh: “Mengapa saya lahir dalam keluarga broken home?”,  “Mengapa saya dulu mau pacaran sama dia?“, “Mengapa saya dulu mau terlibat dalam sex bebas?““Mengapa saya mau waktu diajak mengkonsumsi narkoba, sekarang hidup saya hancur?“

Berkaitan dengan masa depan – tidak siap untuk menghadapi masa depan. Contoh: “Saya tidak mungkin berhasil”, “Cuma lulusan SMA, mana mungkin dapat pekerjaan, sedangkan yang sarjan saja banyak pengangguran”, “Tidak mungkin saya mendapatkan pasangan hidup yang seimbang.”

Semua jenis kesedihan ini jika menguasai kehidupan kita dapat mengakibatkan kita tidak mengenal Yesus yang selalu bersama. Mengapa? Karena kita memandang semua kesedihan dengan segala penyebabnya itu lebih besar dari Yesus.


3)    Murid-murid memiliki pengharapan yang bertolak belakang dengan kehendak Allah

Jika kita melihat ayat 21, murid-murid memiliki pengharapan yang berbeda dengan Allah. Keadaan seperti itu mengakibatkan mereka dibutakan oleh kehendak Allah dan kehadiran Yesus di dalam hidup mereka.

Hal yang sama dapat terjadi di dalam kehidupan kita. Jika kita memiliki kehendak yang berbeda dengan Allah, apalagi kita ngotot dengan hal itu, maka kita sulit untuk mengenal kehadiran atau suara Tuhan melalui firmanNya yang datang kepada kita.

Tidak salah untuk berharap kepada Tuhan, malah Tuhan ingin kita senantiasa hanya berharap padaNya saja. Tetapi yang salah adalah jika kita memiliki pengharapan yang bertolak belakang dengan Firman Allah dan tidak terepenuhi, mengakibatkan kita terjebak dalam kesedihan, seperti murid-murid, yang pada akhirnya sukar bagi kita untuk menyadari kehadiran Allah bersama kita.

4)    Murid-murid tidak percaya Firman Allah

Di dalam ayat 25 Yesus menegur atau menyapa mereka dengan sebutan “orang bodoh” yang disebabkan ketidakpercayaan mereka terhadap Firman Tuhan. Mereka tidak percaya bahwa Yesus setelah dikubur, pada hari ketiga akan bangkit dari antara orang mati.

Ketidakpercaayaan mereka itu nampak dari sikap mereka yang justru pergi meninggalkan Yerusalem justru setelah mereka mendengar tentang Yesus bangkit dari antara orang mati, ay. 22-24

Itu sebabnya walau Yesus datang bersama mereka, tetapi karena mereka tidak percaya bahwa Yesus bangkit, maka mereka tidak mengenal Yesus.

Hal yang sama berlaku bagi kita pada masa kini. Ketidakpercayaan kita akan Firman Allah mengakibatkan kita tidak akan mengenali/menyadari kehadiran Yesus, tidak mengalami mujizat, tidak melakukan firman Allah.

5)    Cara menanggulangi kebutaan kita akan kehadiran Yesus


Pada akhirnya kedua murid itu mengenal Yesus pada saat Yesus memecah-mecahkan roti, mengucap berkat dan memberikannya kepada kedua murid itu, ay. 30.

Ini mengingatkan mereka tentang apa yang dilakukan Yesus sebelum Ia ditangkap dan disalibkan, bahwa Ia juga mengambil roti dan memecah-mecahkan, mengucap berkat dan memberikannya kepada murid-murid, Mat. 26:26

Bagi kita pada masa kini, kita mengerti bahwa kematian Yesus bagi kita merupakan bukti kasih Yesus yang paling tinggi. Supaya kita terhindar dari kebutaan terhadap pengenalan akan kehadiran Yesus bersama kita, kita harus selalu ingat kasih Yesus – yang telah rela menderita dan mati di kayu salib bagi kita.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.