ALLAH KADANGKALA MENIUP MATI LILIN YANG KITA NYALAKAN.

 http://candlesinmyheart.files.wordpress.com/2012/07/lilin.jpg
ALLAH KADANGKALA MENIUP MATI LILIN YANG KITA NYALAKAN, SUPAYA KITA DAPAT MEMANDANG CAHAYA BINTANG YANG DIA TARUH DI LANGIT 

"Seperti batu bata dikikis air dan bumi dihanyutkan tanahnya oleh hujan lebat, demikianlah Kau hancurkan harapan manusia" (Ajub 14:19)

Hidup ini ibarat perjalanan dimana ada saatnya kegelapan menghambat langkah sehingga lilin perlu kita nyalakan. Allah yang mengizinkan kegelapan.

Ia juga yang meniup mati lilin yang kita nyalakan, lalu kita bertanya, "Mengapa Tuhan? Engkau menyertai umat-Mu Israil dengan tiang awan di siang hari, supaya mereka tidak mati disengat terik matahari dan tiang api di malam hari supaya mereka tidak mati kedinginan dan ada terang pada jalan yang mereka tempuh. Tetapi mengapa Engkau meniup mati lilin yang kunyalakan sehingga sekarang aku meraba-raba dalam kegelapan?"

Jika Ia dapat menjawab dengan suara manusia, Ia akan berkata, "Anakku, Aku berbuat itu bukan berarti aku meninggalkan engkau atau tidak mengasihimu lagi. Aku berbuat itu dengan tujuan supaya engkau tidak bergantung dan berharap pada apa yang ada padamu tetapi kepada-Ku" (Ajub 14 : 19)
Ada banyak lilin yang dinyalakan manusia, dengan harapan dapat menerangi jalan hidupnya, namun mengecewakan.

Beberapa diantaranya adalah kekayaan yang dimiliki, tapi mereka menjadi tinggi hati atas kekayaannya(I Tim 6 : 17), kekuatan dan kemampuan manusia, mereka hanya tidak lebih dari hembusan manusia (Yes 2 : 22) kepintaran diri sendiri dan jangan menganggap diri sendiri bijak (Ams 3 : 5 – 8) dan peralatan serta fasilitas yang ada padanya bermegah karena fasilitas dan bukan bermegah karena kekuatan Tuhan (Mas 20 : 8-9)

Mengapa Allah tidak mengijinkan kita untuk berharap pada apapun, siapapun dan pada diri sendiri?

Ada beberapa jawaban dalam Alkitab.

I. KARENA RENCANA ALLAH YANG TERJADI ATAS DIRI MANUSIA

Manusia dianjurkan Allah untuk merencanakan hidupnya (Ams 24:6). Mempergunakan kepintaran dan akal budi untuk menguatkan rencana (Ams 24:3:4).

Mempergunakan segala sarana yang Allah sediakan seperti pepohonan, air,ikan dilaut, burung di udara, tanah, emas, perak, segala kekayaan bahkan seluruh bumi untuk mewujudkan apa yang direncanakan (Pkh 4:9; Ams 27:17).

Manusia yang tanpa rencana dan cita-cita menjadi mahluk yang sia-sia dan tidak berguna.

Allah selalu mengingatkan manusia supaya sadar bahwa manusia boleh berencana tetapi keputusan Tuhan lah yang terlaksana (Maz 33:10 ; Ams 19:21)

II. KARENA KEKUASAAN ALLAH YANG TANPA BATAS

Manusia terbatas dalam banyak hal. Dalam hal merencanakan sesuatu (Yes 55:8–9) dalam hal mempertimbangkan (Ams 19–21) dalam hal melihat jauh kedepan (Yes 40:26).

Karena itu hanya dengan percaya, berharap dan bergantung pada Allah saja manusia menemukan kesehatan pada tubuhnya (Kel 15:26), damai dihatinya (Mat 11:28), pengampunan atas dosanya (Kel 103:3), kelimpahan atas hidupnya (Flp 4:19), sukses pada segala jalannya (Maz 1:3), keselamatan dan kebinasaan kekal (Joh 3:16) ; Kis 4:12).

Dengan kata lain tanpa Tuhan, manusia tidak dapat berbuat apa-apa seperti orang yang lepas dari pokoknya (Joh 15:5).



Sumber:
Khotbah Pdt. J.R Simanjuntak, MA dalam Kebaktian Umum Malam di GSJA Kemuliaan Jakarta, pada hari Minggu 7 September 2013.




















Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.