http://katolisitas.org/wp-content/uploads/2010/02/yesus-dicobai-400x300.jpg




Matius 4:1-11



Dalam pembacaan ini kita lihat bahwa Yesus yang disebut juga sebagai Anak Allah mengalami pencobaan dari Iblis.

Jenis pencobaan pertama yang dilancarkan Iblis yaitu mempertanyakan kebenaran tentang status Yesus sebaga Anak Allah ( Perhatikan ungakapan Ibilis: Jika Engkau Anak Allah....)

Apalagi sebelumnya ketika Yesus dibaptis dalam air, ada suara yang terdengar dari Bapa sorgawi mengatakan “Inilah AnakKu yang Ku kasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, (Mat. 3:17).”

Tetapi berbeda dengan Adam dan Hawa yang kalah ketika Iblis mencobai mereka di Taman Eden, di dalam nats ini kita lihat bahwa Yesus mengalahkan pencobaan itu dan keluar sebagai pemenang walau pun Ia dicobai di padang gurun.

Ini menjelaskan kepada kita bahwa setiap orang percaya tidak luput dari pencobaan yang dilakukan oleh Iblis, tetapi kita bisa memilih apakah kita akan kalah seperti Adam dan Hawa atau sebagai pemenang seperti Tuhan Yesus.

Tetapi yang jelas Tuhan Yesus ingin kita keluar sebagai pemenang dalam menghadapi setiap pencobaan.

Pada saat ini kita akan merenungkan beberapa pelajaran penting dari kisah pencobaan yang dialami oleh Tuhan Yesus

1. Tujuan utama Iblis untuk mencobai orang percaya yaitu untuk memutuskan hubungan mereka dengan Allah sebagai Bapa.

Roh Kudus sebagai penghibur orang-orang percaya bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah (Rm. 8:16), tetapi roh jahat sebagai penuduh orang-orang percaya berusaha sedapat mungkin untuk mengghoyahkan kesaksian itu

Mengapa Iblis ingin sekali memutuskan hubungan ini (Bapa-anak)? Supaya tidak terjadi hubungan yang harmonis, kebergantungan kepada Allah sebagai Bapa, kewajiban yang harus ditaati dgn kasih yang kesemua hal ini mengakibatkan orang percaya dimungkinkan untuk menikmati janji-janji Bapa.

Tetapi dalam hal ini, Yesus sama sekali tidak meragukan kasih Allah sebagai Bapa dan kedudukanNya sebagai Anak.

2. Pencobaan oleh Iblis bertujuan untuk menggoyahkan iman kita akan Firman Allah dan kebenaranNya.


Itulah yang Iblis lakukan kepada Adam dan Hawa yaitu mencoba menggoyahkan keyakinan mereka terhadap Firman Allah dan kebenaranNya dengan mengatakan bahwa walau Adam dan Hawa makan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat itu, mereka tidak akan mati... Adam dan Hawa meragukan Firman Allah sehingga mereka melanggar dengan menuruti perkataan Iblis dan mereka pun jatuh dalam penghukuman Allah.

Hal yang sama Iblis lakukan kepada Yesus dengan mengatakan: “Jika Engkau Anak Allah...” Tetapi Yesus menyadari bahwa statusNya sebagai Anak Allah tidak bergantung kepada bisa tidaknya Ia mengubah batu jadi roti (walau Ia dapat melakukan itu), juga tidak bergantung kepada keadaanNya secara fisik yang sedang lapar, tetetapi bergantung kepada apa yang Allah katakan/firmankan yaitu “Inilah Anakku yang Ku kasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Dan akhirnya Yesus dapat mengalahkan cobaan Iblis.

Hal yang sama Iblis akan lakukan bagi kita masa kini. Iblis berusaha untuk menggoyahkan iman kita akan Firman Allah dan kebenaranNya. Tetapi apapun yang terjadi tetaplah percaya dan pegang Firman Allah di dalam kehidupan kita.

3. Alasan yang paling kuat yang digunakan Iblis untuk meragukan kedudukan orang percaya sebagai anak-anak Allah yaitu penderitaan, kebutuhan, dan beban lahiriah.

Iblis datang mencobai Yesus ketika Ia lapar  sesudah berpuasa 40 hari dan 40 malam. Iblis tahu bahw Ia butuh makan, baru saja melakukan pekerjaan rohani yang luar biasa (puasa), sudah sepatutnya Ia tidak perlu menderita dengan hal itu dan Ia bisa memenuhi kebutuhanNya dengan cara “mempertontonkan” kuasa atau statusNya sebagai Anak Allah. 

Seolah-olah Iblis mengatakan kalau betul kita adalah anak-anak Allah mengapa kita mengalami penderitaan, kebutuhan yang kerap tidak terpenuhi, dan beban lahiriah, seharusnya kita tidak mengalami semua itu. Bukankah kamu anak-anak Allah?

Tetapi sebenarnya justru karena KasihNya lah terkadang kita diijinkan mengalami penderitaan.
Kita akan tahu bahwa Allah itu sebagai Penolong ketika kita mengalami penderitaan, kebutuhan dan beban lahiriah. Kalau tidak kita hanya akan mengetahui tentang dari kata orang. Itulah yang dialami oleh Ayub, Ayb. 42:1-6

Selanjutnya Paulus mengatakan bahwa penderitaan, beban hidup tidak dapat memisahkkan kita dari kasih Allah karena Kristus telah mati, bangkit, dan duduk disebelah kanan Allah yang menjadi Pembela kita Rm. 8:34-39

Jadi jangan ragukan kasih Kristus dan kasih Allah Bapa kita serta posisi kita sebagai anak Allah walaupun kita sedang mengalami berbagai-bagai pergumulan.

4. Iblis sangat sering melancarkan serangannya kepada orang percaya dengan menanamkan pemikiran bahwa Allah itu jahat

Seolah-olah Allah telah meninggalkan kita, tidak mendengarkan doa-doa kita, tidak peduli kepada kita manakala kita menghadapi penderitaan, kebutuhan dan beban hidup.

Itulah yang ia lakukan kepada Adam dan Hawa dengan mengatakan bahwa mereka tidak akan mati walau melanggar Firman Allah, justru Allah tidak ingin kalian menikmati hidup lebih baik, itu sebanya Ia melarang makan buah pengetahuan baik dan jahat itu. Dan strategi Iblis ini berhasil untuk mengalahkan Adam dan Hawa.

Hal yang sama Iblis lakukan juga bagi Yesus. Iblis coba menanamkan pikiran yang jahat mengenai Allah kepada Yesus dengan mengatakan jika Engkau Anak Allah tentu Engkau dapat memerintahkan batu-batu ini jadi roti. Ini sebenarnya jebakan bagi Yesus.

Sebelumnya Allah mengatakan: “Inilah Anakku yang Ku kasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Dan Iblis mengatakan kalau betul Engkau Yesus Anak Allah dan Allah berkenan, perintahkan batu ini jadi roti, tapi kalau Engkau tidak bisa buktikan itu, berarti Engkau bukan Anak Allah dan Allah tidak berkenan kepadaMu. Begitulah caranya Iblis coba menanamkan pikiran yang jahat mengenai Allah kepada Yesus.

Tetapi Yesus tetap mengakui bahwa Allah itu baik dan benar dengan mengutip Firman yang mengatakan bahwa “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.” Dengan kata lain Yesus katakan bahwa ada saatnya kita lapar (menderita, kekurangan, beban berat menindih), tetapi Firman yang keluar dari mulut Allah itu akan tetap menopang kita jika kita tetap berpegang kepadaNya.

Jadi tolaklah setiap pemikiran yang jahat yang ditanamkan Iblis di dalam pemikiran kita mengenai Allah dan percayalah kepadaNya dan FirmanNya.

Kesimpulan:

Tujuan Iblis mencobai orang percaya yaitu untuk memutuskan hubungan mereka dengan Allah sebagai Bapa, dan menggoyahkan iman kita akan Firman Allah dan kebenaranNya. Alasan yang paling kuat yang digunakan Iblis untuk meragukan kedudukan orang percaya sebagai anak-anak Allah yaitu penderitaan, kebutuhan, dan beban lahiriah, dan Iblis sangat sering melancarkan serangannya kepada orang percaya dengan menanamkan pemikiran bahwa Allah itu jahat


Khotbah Gembala Sidang Pdt. Dias Pora Padang dalam Kebaktian Umum Pagi dan Malam, Minggu, 14 Juli 2013 di GSJA KEMULIAAN

5 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.