ADA BERKAT DI BALIK MUSIBAH

Helen Keller pernah menulis: “A great illness has often made a great soul, and even a great singer. Although the world is full of suffering it is full also of the overcoming of it.”(Penderitaan yang besar kerapkali mencetak jiwa yang besar bahkan penyanyi yang besar). Meski dunia penuh dengan penderitaan, dunia juga penuh dengan orang yang telah menaklukannya). Dalam hidupnya sebagai seorang manusia, Hellen Keller sendiri telah membuktikan bagaimana penderitaan dan cacat tubuh (Buta-Tuli) yang “merantai” hidupnya tidak bisa membatasinya untuk berkarya. Apa yang dianggap orang sebagai musibah, dia tunggangbalikkan sebagai sebuah sukses.

Kita bisa bercermin dari pengalaman hidup Rasul Paulus. Keinginan utama Paulus sebagai seorang utusan Injil adalah memberitakan Injil di ibukota dunia waktu itu, Roma. Jikalau ia dapat menaklukkan Roma bagi Kristus, itu berarti berjuta-juta orang di provinsi-provinsi yang lain memiliki kesempatan itu diselamatkan. Dengarlah kata-katanya yang penuh gairah ketika ia menyebut Roma: “Sesudah berkunjung ke situ (Yerusalem) aku harus melihat Roma juga.” (KPR 19: 21). “Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma" (Roma 1: 15). Paulus ingin pergi ke Roma sebagai seorang pengkhotbah, namun ia malahan pergi ke sana sebagai seorang tahanan! Dalam KPR 21: 17 - 28: 31, kita dapat melihat kisah penangkapan Paulus. Ketika berada di Bait Allah Yerusalem, ia ditangkap dengan tuduhan melanggar hukum, karena orang-orangYahudi menyangka ia menajiskan bait Allah ketika mengajak orang-orang bukan Yahudi. Penangkapannya kemudian mendapat dukungan dari orang-orang Romawi yang menganggap dia seorang pengkhianat dari Mesir. Selama dua tahun ia ditahan di Kaisarea sebelum berlayar menuju ke Roma untuk naik banding kepada Kaisar. Yang unik adalah dalam perjalanan ke kota Roma itu; kapalnya sempat dihantam badai dan karam, bahkan ketika harus menunggu selama tiga bulan di pulau Malta sebelum dapat melanjutkan pelayaran ke Roma, Paulus sempat digigit ular berbisa.

Bagi kebanyakan orang, semua yang terjadi di dalam kehidupan Paulus tampak begitu suram dan kelam. Bagi banyak orang apa yang terjadi di dalam kehidupan Paulus lebih pantas disebut sebagai kegagalan, bahkan musibah! Namun tidak demikian dengan Paulus, “musibah yang terjadi atas dirinya” dipandangnya mendatangkan berkat-berkat terselubung. Berkat-berkat apakah itu? Mari kita baca Filipi 1: 12-18.

Pertama, musibah yang terjadi atas dirinya ternyata berbuahkan kemajuan pemberitaan Injil (ay.12-13).

Bagaimana kita bisa menjelaskan hal ini. Memang benar Paulus dibawa ke kota Roma sebagai seorang tahanan. Namun demikian ia adalah tahanan yang special. Memang benar tangannya harus dibelenggu dengan rantai kecil (halusis-Bh.Yunani) yang dihubungkan dengan tangan dari seorang pasukan khusus yang disebut pasukan Pretorian.

Pasukan Praetorian ini adalah pasukan elit yang menjalankan tugas sebagai “bodyguard” Sang kaisar. Mereka adalah pasukan pilihan dengan gaji besar, dan punya prospek menjadi politikus-politikus elit ketika sudah memasuki masa pensiun. Diperkirakan jumlah pasukan Pretorian ini cukup besar, sekitar 10.000 orang. Perlu anda ketahui setiap enam jam ada pergantian pasukan penjaga. Jadi dalam setiap harinya Paulus menjalin kontak dengan empat orang pasukan Pretorian. Itu tentu saja bukan sekedar kontak untuk mengobrol bagi sang Rasul, itu adalah kesempatan emas untuk menaburkan benih-benih Injil ke dalam hati mereka.

Jadi jangan heran kalau Paulus memandang bahwa apa yang terjadi telah menyebabkan kemajuan bagi Berita Injil. Kata kemajuan (prokope- Bh.Yunani) adalah kata yang biasa digunakan untuk melukiskan gerak maju pasukan Zeni yang merintis jalan masuk bagi pasukan-pasukan lain untuk menaklukan teritori musuh. Musibah yang terjadi di dalam dirinya, bagi Paulus, bukan sekedar musibah, namun sebuah kesempatan untuk membuka pelayanan yang baru.

Orang-orang Kristen di Kuba selama empat dekade ditindas habis-habisan oleh Rejim Komunis pimpinan Fidel Castro. Namun demikian dalam kurun waktu tersebut jumlah pengunjung gereja tidak semakin menyusut, melainkan terus meningkat. Demikian pula dengan gereja-gereja Tuhan di Cina dan Vietnam. Semakin banyak orang yang percaya dipenjara dan dianiaya di sana, semakin berkembang subur kekristenan di sana.

Fanny Crosby, semenjak usia enam minggu harus hidup “terbelenggu” ketika dokter yang mengobatinya melakukan malapraktek yang mengakibatkan ia kehilangan penglihatan untuk selamanya. Namun demikian “rantai” kebutaan itu justru membuat dirinya menjadi alat yang luar biasa bagi Allah untuk memberkati Gereja Tuhan. Seberapa banyak dari antara kita yang mendapat berkat yang luar biasa ketika kita mendengar buah karya-karyanya: (Lagu) "Yesus Tuhan, berkati saya! Lain orang Engkau Beri Berkat Beri saya Juga!"

Perspektif Paulus dan Fanny Crosby semacam inilah yang dibutuhkan oleh anak-anak Tuhan yang sedang tertimpa musibah atau kesulitan. Jangan biarkan kesulitan itu menghancurkan iman kita! Mintalah agar Tuhan mentransformasinya hingga berubah menjadi alat yang dapat dipergunakan untuk memperluas KerajaanNya.

Kedua, musibah yang terjadi atas diri Paulus ternyata juga telah membangunkan semangat orang-orang percaya untuk lebih serius dalam melayani Tuhan (ayat 14).

Pemenjaraan Paulus ternyata juga mendorong orang-orang percaya yang lain untuk memberitakan Injil. Orang-orang Kristen di Roma bukannya mundur kalau melihat pemimpinnya dibelenggu. Justru mereka semakin dipacu untuk meneladani pemimpin rohani mereka.

Kisah senada dapat kita temukan dalam dua kisah yang amat dramatis. Yang pertama, kisah Lazlo Tokes, pemimpin Gereja di Timisoara, Rumania, yang menjadi inisiator dari gerekan pembaruan gereja di Rumania yang hampir lumpuh karena cengkraman Rejim Ceaucescu. Keberanian dan hari baja Tokes telah menyebabkan gerejanya bertumbuh luar biasa (dari l50 hingga 5000 lebih). Pertumbuhan gereja yang luar biasa itu dianggap sebagai sebuah ancaman bagi Rezim Komunis di Rumania. Kemudian apa yang terjadi bisa diprediksi, Tokes dintimidasi, dibatasi hak-hak ekonominya (tidak boleh menjual dan membeli), beberapa kali coba dihabisi oleh polisi-polisi rahasia Rumania dan akhirnya yang terakhir ditangkap dan dibuang sebuah kota kecil. Perlakuan tidak adil terhadap Tokes ini bukannya menyusutkan nyali orang-orang percaya yang lainnya. Mereka terus mendukung Tokes. Jumlah mereka semakin banyak. Akhirnya polisi-polisi Rumania terpaksa harus menembaki mereka. Beberapa jiwa gugur sebagai “martyr”. Yang lain semakin bertambah berani, hingga akhirnya pada hari Natal 1989, Rejim Ceaucescu tumbang. Keberanian Tokes telah menjadi inspirasi dan pendorong orang-orang percaya yang lainnya untuk bertindak berani.

Kisah Jim Elliot juga menggemakan nada yang serupa. Jim dan empat kawannya tewas dibunuh oleh orang-orang Indian Auca di Equador. Tewasnya Jim, justru mendorong isterinya Elizabeth dan puterinya Valerie untuk datang dan melayani di antara orang-orang yang telah mengambil hidup suami dan ayah tercinta mereka. Sebuah keberanian yang ditaburkan telah berbuahkan lebih banyak lagi keberanian.

Apakah anda tengah ditimpa kesulitan atau musibah hari ini? Ingatlah Paulus! Ingatlah Lazlo Tokes! Ingatlah Jim Elliot! Berdoa dan mohon kepada Allah agar anda dikarunia sikap yang memampukan anda menjadi “teladan” bahkan “inspirator” bagi orang-orang percaya yang lainnya untuk semakin serius dalam hidup dan melayani Tuhan.

Ketiga, Musibah atau kesulitan yang terjadi di dalam diri Paulus, telah membantu Paulus untuk mengenali siapa kawan dan lawan yang sejati! (15-18).

Pemenjaraan Paulus ternyata juga menjadi semacam “test” untuk mengetahui siapa saja yang berada dipihaknya; dan siapa saja yang berseberangan dengannya. Melalui musibah yang terjadi atas dirinya Paulus mengenal siapa kawan sejati dan siapa bukan kawan sejati.

Daud tahu persis bahwa Yonathan adalah kawan sejati. Mengapa? Karena Yonathan tetap berada di sisinya ketika dia dalam posisi yang sulit dan terjepit. Andapun kadang tahu siapa kawan sejati dan bukan kawan sejati kala anda dirundung masalah.

Memang sulit untuk mengenal kawan sejati ketiak kita berada dalam posisi yang menguntungkan. Mereka mungkin dekat dan mau melayani kita karena motif-motif tertentu. Ketika kita tak berdaya barulah kita tahu siapa yang benar-benar menjadi kawan sejati.
Seperti kata pepatah "A friend in need is A Friend indeed" (Kawan yang ada disamping kita kala kita butuh adalah kawan Sejati).

Disadur dari http://ganiwiyono.com

2 komentar:

  1. Kalaupun khotbah ini sudah dituliskan beberapa tahun lalu, tetapi yang pasti, isinya tetap relevan dan sungguh memberikan inspirasi dan motivasi untuk tidak bersungut-sungut dan menyerah ketika menghadapi musibah. Yang penting, sebagai orang percaya, kita harus menyadari supaya musibah yang kita alami bukan karena kebodohan atau kekerasan hati kita yang terikat dengan dosa, tetapi karena musibah itu Tuhan izinkan untuk membongkar jati diri kita yang sesungguhnya, khususnya apa yang terkandung di dalam lubuk hati kita yang terdalam. Tujuan utama dari musibah tersebut adalah untuk memurnikan dan mendewasakan iman kita serta membentuk kita supaya menjadi serupa dengan Kristus. Tuhan memberkati kita semua.

    BalasHapus
  2. Terima kasih buat komentar dari Pdt. Berton Nababan, MTh.
    Komentar bapak Pdt sangat memberkati. Betul sekali: Tujuan utama dari musibah tersebut adalah untuk memurnikan dan mendewasakan iman kita serta membentuk kita supaya menjadi serupa dengan Kristus.

    Maju terus dalam Tuhan... Tuhan memberkati pelayanan anda.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.