Hal Mengasihi Tuhan Dan Sesama


(Mat 22 : 36 – 40)

Pengajaran tentang kasih itu sudah dikumandangkan ribuan tahun yang lalu, namun sampai zaman modern ini kasih itu semakin jauh dan semakin dingin. Injil Materus sudah mengatakan : “Dan karena bertambahnya kedurhakaan maka kasih kebanyakan orang akan semakin dingin tetapi yg bertahan sampai kesudahannya akan selamat” (Mat 12 : 13)

Dunia sudah tidak aman lagi, teroris dimana-mana, World Trade Center di New York diserang teroris pada tanggal 11 September 2002. Pemimpin-pemimpin negara saling berebut pengaruh para politikus saling sikat, para pemimpin-peminpin mengklaim dirinya paling benar. Kasih itu sudah hilang dari Agama yang seharusnya menyejukkan dengan mengajarkan kasih. Bahkan bukan hanya dalam agama dalam gereja pun kasih itu banyak yang sudah hambar dan suam-suam kuku masing-masing mementingkan diri sendiri.

Dari pembacaan Firman diatas kita perlu sebagai orang percaya harus dengan sungguh-sungguh “mengasihi Tuhan dan sesama”. Untuk itu perlu kita simak beberapa hal tentang pengajaran kasih itu.

I. PENGERTIAN TENTANG KASIH

Kasih berdasarkan kamus bahasa Indonesia adalah perasaan sayang, cinta, suka.
Kita harus mengakui bahwa Allah dalam PL nempaknya tidak begitu tampil ke permukaan namun Allah menghargai dan mengasihi umat-Nya Israel.

“Aku akan mengangkatmu menjadi umat-Ku dan aku akan menjadi Allah-mu, supaya kamu mengetahui bahwa Aku lah Tuhan Allah-mu yang membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir” (Kel. 6 : 6).

Kita tahu bahwa umat Israel itu umat / bangsa yang keras kepala dan condong meninggalkan Tuhan nya. Akan tetapi Tuhan selalu sabar mencarinya.

“Tetapi Tuhan mengasihi dan memegang sumpah-Nya yang telah di ikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu. Maka Tuhan telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus kamu daru tanah perbudakan dari tangan Firaun Raja Mesir” (Ul 7:8)

Di dalam PB lebih tampil ke permukaan dan lebih terang lewat Tuhan Jesus ke dunia ini. Kasih Allah lebih dinyatakan dan langsung terlihat yaitu kasih yang sempurna dan tidak bercacat, terjadi pada saat pengorbanannya di kayu salib.

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal supaya siapa yang percaya, tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal”. (Joh 3 : 16)

Kasih sangat sentral dalam pengajaran Kristen karena itu ciri khas Kristen. Dalam Alkitab baik PL maupun PB senantiasa inti dari pembicaraan tentang Allah adalah “Kasih”. Karena Allah itu abadi maka kasih itu adalah “Kasih tak berkesudahan”. Kasih itu merupakan motivasi utama bagi pertumbuhan. Dalam kasih harus diperlihatkan bahwa Allah mengasihi manusia terlebih dahulu dan lalu manusia itu merespon kasih itu.

Kasih Allah dinyatakan dan dilakukan serta di tunjukan secara mulia melalui pengorbanan Jesus di Kayu Salib.

II. KESEPULUH FIRMAN TUHAN

Di dalam Kel 20 : 1 – 17 Sepuluh Firman Tuhan dikatakan bahwa :
1. Akulah Tuhan Allahmu, jangan ada padamu Allah lain di hadapanku (Ayat 2-3)
2. Jangan membuat bagimu patung yg menyerupai apapun dan jgn menyembahnya (4-6)
3. Jangan menyebut nama Tuhan Allah-mu sembarangan (ayat 7)
4. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat (Ayat 9-12)
Empat pasal ini mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan (Mengasihi Allah = Hukum yang terutama dan yang pertama.

5. Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurnya (Ayat 12)
6. Jangan membunuh ( ayat 13)
7. Jangan berjina ( ayat 14 )
8. Jangan mencuri ( ayat 15 )
9. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu ( ayat 16 )
10. Jangan mengingini rumah sesamamu, isterinya, atau hamba laki-laki atau hambanya perempuan, atau sapinya, keledainya, atau apapun yang dipunyainya (ayat 17)
Enam pasal diatas mengatur hubungan antara manusia dengan sesama (hukum kedua) pada kedua hukum inilah tergantung semua hukum torat dan kitab para nab. 

III. MENGASIHI SESAMA

Kasih Allah memampukan setiap orang untuk saling mengasihi sekalipun dalam keadaan yang sukar atau susah. Allah sendiri hidup dan berotoritas di dalam kehidupan orang yang dikasihinya, sehingga manusia mampu mengasihi. “Kita sebagai orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah lembutan dan kesabaran”. (Kol 3 : 12)

Mengasihi sesama tidak mengharapkan sesuatu dan bukan memberi karena kasihan, tetapi karena sudah dikasihi Allah. “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka, itulah inti seluruh hukum torat dan Kitab para nabi” (Mat 7 : 12) Kasih disini bukan rasa romantis yang secara kebetulan timbul, namun dibalik kasih yang sebenarnya ialah sikap berkorban.

Paling tidak ada 4 (empat) jenis cinta kasih:
A. Kasih “Eros” (Birahi)
Kasih Eros dapat diartikan sebagai cinta yang merasakan kekurangan sendiri dan ingin memenuhinya melalui yang dicintai. Jadi Kasih Eros adalah kasih antara dua orang dan condong dengan penuh hawa nafsu birahi.
B. Kasih “Storge” (Bersama)
Kasih Storge adalah kasih yang bersama-sama memberi saling mendorong satu dengan yang lain dengan maksud dan tujuan tertentu untuk memenuhi kebutuhan. 
C. Kasih “Philia” (Persaudaraan)
Kasih Philia adalah kasih karena ikatan tali persaudaraan (Ikatan darah). Biasanya kasih ini terjadi antara orang tua dan anak.
D. Kasih “AGAPE”.
Kasih Agape adalah sering disebut sebagai kasih dari Allah sebagai kasih yang paling sempurna, kudus, suci, tidak bercacat suka memberi dan suka berkorban, kasih yang tanpa menuntut balasan. Agape adalah kasih yang kita lakukan sebagai seorang percaya dalam kehidupan.
Kasih “AGAPE”. Kasih Agape adalah sering disebut sebagai kasih dari Allah sebagai kasih yang paling sempurna, kudus, suci, tidak bercacat suka memberi dan suka berkorban, kasih yang tanpa menuntut balasan. Agape adalah kasih yang kita lakukan sebagai seorang percaya dalam kehidupan bersama. Agape bukan perasaan yang tumbuh karena tertarik, tidak ada unsur menuntut tetapi hanya rela memberi serta melihat orang lain dalam hubungan denga Allah yang mengasihi manusia meskipun ia musuh. “Tetapi aku berkata kepadamu, kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kami.” (Mat 5 : 44)

IV. KASIH YANG UTAMA

Rasul Paulus mendalami arti kasih dan menempatkan kasih lebih tinggi dari iman dan pengharapan ( I Kor 3 : 13). Kasih terutama harus kita hayati serta wujudkan kepada sesama pada situasi apapun juga dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan. Umat Tuhan untuk saling mengasihi sesama dan saling mendahului dalam memberi hormat (Rom 12 : 10), Tuhan Jesus Kristus menuntut agar kasih Agape menjadi hal yang utama dan yang pertama serta patut dilaksanakan dengan giat untuk menuntun ke arah kebaikan. Mengasihi sesama manusia harus berlaku atas dasar kasih Allah tanpa mengharapkan balasan dari orang lain.

Kasih Allah bukanlah utopis melainkan suatu fakta dalam hidup manusia karena Kristus Jesus sudah mati untuk menyelamatkan kita (Jah 3 : 16)

Kasih mengoreksi kita untuk tidak munafik dihadapan Allah supaya kita tidak membatasi Allah dalam diri kita. Jika seorang berkata aku mengasihi Allah dan ia membenci saudaranya yang dilihatnya tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya.

V. WUJUD KASIH

Dalam Joh 13 : 34 – 35 Tuhan Jesus mengajarkan agar murid-muridnya menyatakan Kasih Allah dalam hidup mereka. Tuhan Yesus menghendaki agar kasih mereka nyata dan menjadi kenyataan hidup yang bersumber dari Allah sehingga orang lain tertarik. Allah mengasihi kita (Joh 3 : 16). Allah mengasihi semua umat manusia maka kita orang-orang percaya juga harus mengasihi semua orang ( Ul 7 : 9). Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan agar kasih kristen itu mendahulukan orang lain seperti kasih seorang anak manusia yang memberikan nyawa-Nya untuk sahabat-sahabat-Nya (Joh 15 : 12-13)

Sebagai orang percaya yang sudah menerima kasihnya maka Allah menghendaki agar kita juga mengasihi sesama, mewujudkan kasih Allah dalam kehidupan kita dan ditengah-tengah jemaat. Dasar kasih orang percaya kepada sesamanya bertolak dari firman Tuhan (Mark 12 : 33) Yaitu bahwa kasih, mengasihi Allah lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sajian (Sembelihan). Pada dasarnya kasih orang percaya siap mengorbankan kepentingan diri sendiri seperti Jesus mengorbankan dirinya dan kepunyaan-Nya. Walaupun dalam rupa Allah Ia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia (Fil 2 : 6 – 7). Sebagai konsekwensinya kasih harus dipakai sebagai dasar pelayanan kita terhadap sesama dan dalam rangka mendahulukan orang lain




Sumber: 
- Khotbah Pdt. JR.Simanjuntak, MA dalam Kebaktian Umum GSJA Kemuliaan Kebon Kosong, pada hari Minggu, 16  Maret 2014. 
- Warta Komsel GSJA Kemuliaan Kebon Kosong.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.