MENGAPA YESUS RELA MENDERITA BAHKAN MATI DI KAYU SALIB?




Mat 16:21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.

Mat 17:22-23 Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia (23) dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itupun sedih sekali.


Mat 20:17-19 Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: (18) "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. (19) Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan."

Pendahuluan:
Di dalam Injil Matius, Markus dan Lukas, penderitaan dan kematian Tuhan Yesus diberitahukan oleh Tuhan Yesus tiga kali.

Mengapa Tuhan Yesus menderita dan mati?

Pada saat ini kita akan merenungkan beberapa alasan mengapa Tuhan Yesus rela menderita dan mati di kayu salib:

I. Agar kita bisa menjadi milikNya dengan tujuan supaya berbuah bagi Allah, Rm. 7:4; 1 Kor. 6:19-20; Kis. 20:28

Rom 7:4 Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah.
1 Kr 6:19-20 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (20) Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Kis 20:28 Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri.

Sejak kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa, maka manusia menjadi miliknya Iblis. Manusia sebagai milik Iblis hanya melakukan apa yang menjadi keinginan Iblis dan ujungnya adalah kebinasaan yang kekal. Itulah yang dikatakan oleh Yesus

Yoh 8:44 Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.

Tetapi kita patut bersyukur kepada Allah, keadaan tersebut (manusia menjadi miliknya Iblis) tidak selamanya demikian. Ketika kita percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan kita secara pribadi, maka kita menjadi milik Allah dan melakukan keinginan Allah (berbuah bagi Allah)
Bagaimana sehingga manusia menjadi miliknya Allah? Dari pihak Allah itulah dengan cara Allah mengutus anak-Nya yang tunggal menjadi manusia, menderita, mati di kayu salib, dan dikuburkan tetapi pada hari yang ke tiga bangkit dari antara orang mati. Dari pihak manusia, ia harus percaya dan mengundang Yesus secara pribadi di dalam hidupnya, Yoh. 3:16; Why. 3:20

Yoh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Why 3:20 Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.

II. Untuk menjadi imam yang dapat merasakan kelemahan-kelemahan kita dan menolong kita, Ibr. 4:15,16


Ibr 4:15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. 16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.
Imam bertugas menjadi pengantara manusia kepada Allah. Itulah yang dilakukan imam-ima pada masa PL, tetapi kadang-kadang mereka tidak mempedulikan pergumulan-pergumulan manusia yang seharusnya mereka bawa kepada Allah melalui pelayanan mereka di Bait Allah.

Tentunya kita masih ingat dengan apa yang dilakukan Imam Eli, ia hanya menggemukkan dirinya dengan persembahan-persembahan umat Israel. Demikian juga anaknya Hofni dan Pinehas, juga hanya sibuk mengambil persembahan umat Israel untuk kepentingan diri mereka. Itu sebabnya Allah membinasakan imam Eli dan anaknya Hofni dan Pinehas.

Tidak demikian dengan Tuhan Yesus, sebagai Imam Besar, kita sungguh dapat mengandalkan Dia. Mengapa? Karena Dia dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, karena Dia sendiri pernah menderita: Ia lahir di kandang domba, di daerah yang tidak terkenal – Betlehem Efrata, bekerja membantu bapakNya - Yusuf – sebagai tukang kayu. Dalam pelayanan: Ia mengalami penolakan dari pihak ahli taurat, orang-orang Farisi, bahkan Imam-imam, Ia dikhianati muridNya sendiri – Yudas Iskariot, Ia ditangkap, diarak keliling Yerusalem, Ia dijatuhi hukuman mati dengan digantung di kayu salib, Ia pikul salib, di ludahi, dianiaya dan disalibkan. Di kayu salib – kepalaNya dikenakan mahkota duri, kaki dan tangan dipaku, lambungnya ditikam, kemudian Ia mati dan dikuburkan.
Ia sungguh merasakan kelemahan dan penderitaaan kita.

Tetapi pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati, Ia mengalahkan kuasa maut dengan cara Ia bangkit dari antara orang mati. Dengan demikian Ia sebagai Imam Besar, bukan saja dapat turut merasakan kelemahan dan penderitaan kita, tetapi Ia juga dapat menolong kita dalam kelemahan dan pergumulan kita, karena Ia telah mengalahkan maut.

Hampirilah tahta kasih karuniaNya dengan penuh keberanian melalui doa-doa kita sehingga kita dapat menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.

III. Untuk membentuk suatu umat yang rajin berbuat baik, Titus 2:14

Tit 2:14 yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.

Yesus rela menderita bahkan mati di kayu salib, karena Ia menginginkan suatu umat yang rajin berbuat baik. Mengapa Ia menginginkan suatu umat yang rajin berbuat baik?

Jika kita rajin berbuat baik, atau kita menjadi garam dan terang bagi dunia di sekitar kita maka orang lain akan melihat perbuatan kita yang baik dan memuliakan Bapa kita yang di sorga, Mat. 5:13-16

Mat 5:13-16 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. (14) Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. (15) Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. (16) Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Tuhan Yesus ingin melalui kita rajin berbuat baik, orang dunia di sekitar kita memuliakan Bapa kita yang di sorga. Tetapi berapa sering Bapa sorgawi kita tidak dimuliakan karena kita tidak rajin berbuat baik? Ini tidak boleh terjadi.

Ingatlah bahwa Yesus telah rela menderita bahkan mati di kayu salib karena Ia menginginkan suatu umat yang rajin berbuat baik dan dengan demikian Bapa di Sorga akan dimuliakan.

IV. Untuk menjadi teladan bagi setiap orang percaya dalam hal kerendahan hati dan kasih yang rela berkorban, serta keteguhan hati dalam melakukan kehendak Allah, 1 Ptr. 2:19-21; Ibr. 12:3,4; Flp. 2:5-8

Ada banyak hal yang dapat kita teladani dari Tuhan Yesus melalui kerelaanNya untuk menderita bahkan sampai mati di Kayu salib, diantaranya yaitu:

(1) Teladan kerendahan hati, Flp. 2:5-8
Flp 2:5-8 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Kerendahan hatilah yang membuat Yesus rela tinggalkan sorga yang mulia, mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama dengan manusia, taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib. Hasilnya – setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, kepadaNya dikaruniakan nama di atas segala nama, segala kuasa di langit, di sorga, di bumi telah diberikan kepadaNya.

Marilah kita meneladani kerendahan hati dari Tuhan Yesus, jika kita ingin supaya pelayan kita diberkati, hidup kita semakin diberkati, dan semakin dekat dengan Tuhan

(2) Teladan mengenai kasih yang rela berkorban, 1 Ptr. 2:19-21
1 Ptr 2:19-21 Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. (20) Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. (21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.

Penderitaan yang Tuhan Yesus alami bukan karena Ia berbuat dosa tetapi karena Ia mau menyelamatkan dan menolong manusia.

Jika kita ingin melihat ada banyak orang yang diselamatkan, diberkati, maka kita harus mengikuti teladan Tuhan Yesus, yaitu kasih yang rela berkorban walaupun kita menderita.

(3) Teladan keteguhan hati dalam melakukan kehendak Allah.
Ibr 12:3-4 Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. (4) Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.

Walaupun Tuhan Yesus menanggung bantahan yang sangat hebat dari pihak orang-orang berdosa, tetapi Ia tetap tidak undur dari misi-Nya untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Ia tetap teguh melakukan kehendak Bapa di Sorga walau Ia harus mati

Keteguhan hati Tuhan Yesus ini dalam melakukan kehendak Allah walau Ia menderita dan mati di kayu salib, kiranya menjadi teladan bagi kita. Apapun pergumulan yang kita alami janganlah kita undur dari melakukan kehendak Tuhan.


Sumber:
Khotbah Gembala Sidang Pdt. Dias Pora Padang dalam Kebaktian Umum Pagi & Malam, 01 April 2012

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.