Hidup Baru, Merdeka Dalam Tuhan

HIDUP baru adalah sebuah akibat dari kelahiran baru yang dikerjakan oleh Roh Kudus, dan memberi sebuah status baru kepada manusia. Sesudah manusia dilahirkan baru, maka dia mendapat suatu hidup yang baru, bukan lagi hidup yang lama. Namun hidup yang baru ini harus dipahami pada areal kerohanian kualitatif—bukan kuantitatif. Artinya, hidup baru bukan suatu perubahan fisik atau psikis: orang yang tadi jelek menjadi cantik, atau orang yang temperamental menjadi sanguistik atau melankolik. Perubahan karena hidup baru adalah memiliki arah hidup sesuai yang dikehendaki Allah. Kini orientasinya kepada Tuhan, bukan kepada diri. Hidup yang lama sudah mati, kebangkitan Kristus menghidupkan dia, sehingga oleh kuasa Roh Kudus dia mempunyai suatu kelahiran yang baru. Hidupnya berpusat kepada kehendak Allah.

Efesus 4: 17-20 mengatakan, “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka…….”

Hidup yang baru adalah anu-gerah yang sangat luar biasa yang diberi kepada manusia. Hidup yang baru adalah hidup yang berpindah dari lama ke baru. Orang yang lahir baru akan memperlihatkan kualitas hidup yang jauh berbeda dibanding yang dulu. Hidup lama yang berorientasi kepada diri, menjadi hidup baru yang berorientasi ke-pada Allah. Hidup lama yang digambarkan Alkitab sebagai suatu kehidupan yang tidak mengenal Allah, adalah hidup dengan pikiran yang sia-sia. Hidup dalam pengertian yang gelap, jauh dari perse-kutuan dengan Allah, karena kebodohan, dan karena kedegilan hati mereka. Mereka bodoh.

Orang yang sudah mempunyai kehidupan baru, sudah dilahirkan baru, bukan lagi orang bodoh. Namun penger-tian bodoh di sini juga jangan disalah mengerti. Bodoh di sini adalah bodoh secara rohani, bukan matematis. Ini bukan me-nyangkut IQ jongkok atau tidak. Orang yang sangat pintar, ahli matematika, jago fisika, intelek-tual, bisa menjadi orang yang paling bodoh dalam hal pengenalan akan Allah, karena dia akan berkata, “Tidak ada Allah”. Dia menjadi ateis.

Tetapi ketika orang dilahirkan baru, dia punya kemampuan berpikir yang hebat, karena mampu menangkap dan mengerti siapa Allah, dan apa yang menjadi kehendak-Nya. Ini suatu kemampuan berpikir yang sudah diperbaharui Roh Allah dan diberi kemampuan dan kekuatan oleh Roh Allah sehingga dia tidak lagi menjadi bodoh untuk mengenal siapa Allah. Sekarang dia tahu siapa Allah itu. Orang yang hidup dalam status baru, melihat ke belakang adalah melihat kebencian dan kegelapan. Maka ia selalu berpacu ke depan untuk menjangkau pengharapan yang Tuhan sediakan, dan dia selalu berjalan dalam iman.


Merdeka

Hidup yang baru adalah status yang merdeka dari kuasa dosa, sehingga hidupnya tidak lagi terjajah, tidak lagi diatur atau dikelola oleh dosa. Dia sekarang hidup merdeka, menyuarakan kebenaran, dan hidup sesuai dengan kebenaran. Tapi, banyak yang salah mengerti tentang orang-orang yang lahir baru itu. Mereka menganggap bahwa orang yang sudah lahir baru akan terjerat, terkurung pada peraturan serba “jangan”: tidak boleh melakukan ini dan itu, tidak boleh begini dan begitu, dan seterusnya. Lalu orang-orang ini berpendapat bahwa hidup baru itu tidak perlu. Menurut mereka, orang yang hidup baru tentu tidak bebas lagi menikmati kehidupan. Tanpa hidup baru, mereka bebas: mau mencuri, berjudi, pesta pora…tiada yang pusing. Kasihan sekali orang-orang yang salah mengerti arti hidup baru dan status baru ini.

Untuk menanggapi komentar orang-orang yang salah mengerti tentang arti hidup baru ini, mari kita bertanya: Apakah orang yang mabuk itu senang dalam kemabukannya? Apakah penjudi itu senang dengan hidup judinya? Apakah mereka yang kawin cerai senang dengan gaya hidupnya? Apakah seorang pembunuh bangga dengan “karya”nya mencabut nyawa orang? Semua orang akan berkata “tidak”, sekalipun mereka tidak pernah mengungkapkannya. Sebenarnya, mereka hidup dalam kegalauan dan kekacauan, tidak bisa mengendalikan diri. Mereka ingin menjadi baik, tetapi tidak berdaya. Akhirnya untuk menutupi segala kesalahan mereka tampil buas. Sebelum dipersalahkan, mereka lebih dahulu mem-persalahkan orang lain. Mereka hidup dalam keadaan terjajah. Itulah hidup yang kacau, yang dikelola oleh dosa, tidak merdeka.

Orang yang merdeka adalah merdeka dalam Tuhan, karena tidak lagi dijajah oleh dosa. Orang yang merdeka tidak akan melaku-kan pembunuhan. Orang merdeka tidak akan melakukan dosa, sehingga dia tidak dituntut, ditekan, dihukum oleh perasaan bersalah. Ia menjadi merdeka, karena apa yang dia lakukan sesuai kehendak Tuhan, membawa dia menikmati hidup ini. Tidak ada hal yang menakutkan bagi orang yang merdeka dalam Tuhan, karena dia tidak punya musuh dan tidak pernah menciptakan masalah dalam hidup. Ia tidak mau melakukan hal-hal yang mendukakan hati Allah.

Hidup atau status baru, itulah suatu hidup yang mengenal dan berpusat kepada Kristus. Suatu hidup yang tidak pernah terbayangkan. Suatu status hidup yang terus-menerus melahirkan rasa syukur di dalam batin orang yang memilikinya.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.