Pengharapan yang Sejati

Menumbuhkan pengharapan dalam diri merupakan hal yang penting. Namun pada kenyataannya, seringkali pengharapan yang kita miliki adalah pengharapan semu yang dasarnya tidak alkitabiah (Amsal 10:28; 11:7). Akibat memiliki pengharapan yang semu (yang kita pikir sudah yang benar), kadang membuat kita putus asa. Untuk itu, amatlah penting bagi kita untuk bisa mengetahui pengharapan yang sejati.

1. Pengharapan sejati didasari atas semua janji Tuhan. Pengharapan sejati tidak terpisahkan dari suatu pendalaman akan firman Tuhan yang dilakukan dengan rajin dan cermat. Mazmur 119:49 dan Mazmur 130:5 mengingatkan kita supaya kita memiliki pengharapan yang sejati kepada Allah. Alkitab merupakan sarana yang Allah pakai untuk memberikan pengharapan yang sejati kepada kita. Dengan tekun dan setia membaca Alkitab serta mendalaminya kita bisa memiliki pengharapan yang sejati. Harapan harus diperkatakan dan diperkatakan berdasarkan firman Tuhan. Ingat ‘Hidup mati dikuasai lidah barangsiapa menggemakannya akan memakan buahnya.’

2. Pengharapan sejati adalah buah keselamatan sejati. Kristus adalah inti dari pengharapan yang sejati. Oleh karena itu, pengharapan yang sejati hanya dapat dimiliki oleh orang yang sudah mengenal Dia, mengasihi Dia, beriman kepada-Nya, dan tentu saja sudah lahir baru oleh Roh Kudus. Perhatikan 1 Petrus 1:3; Kolose 1:4-5; Kolose 1:25-27; dan 1 Timotius 1:1.

3. Pengharapan sejati mempunyai fokus yang holistis. Yang dimaksud dengan holistis adalah pengharapan sejati yang tidak hanya berfokus pada bagian (suatu kehidupan) saja, namun juga seluruhnya (rencana Tuhan bagi dunia). Rasul Paulus adalah contoh tokoh dalam Perjanjian Baru yang fokus pengharapannya holistis (lihat Filipi 1:12-14; 1:19-20; 2:17; 2 Timotius 2:8-10). Paulus meletakkan pengharapannya pada Kerajaan Surga dan rencana Allah di dunia. Ia tidak menghiraukan apa yang menimpa dirinya karena baginya kemuliaan Tuhan lebih penting. Dalam Perjanjian Lama, Yusuf dan Ayub adalah tokoh yang berpengharapan sejati dengan fokus yang holistis (Kejadian 50:20; Ayub 13:15; 19:25). Pengharapan sejati berfokus pada kemuliaan Tuhan sehingga tidak pernah goyah dalam keadaan apa pun juga.

4. Pengharapan sejati bersandar kepada kemampuan Tuhan. Pengharapan sejati bisa datang dari berbagai cobaan, air mata, dan dukacita. Pengharapan sejati juga tidak menyangkal realita dosa dan penderitaan. Pengharapan sejati yang realistis tidak didasari pada kemampuan diri sendiri, melainkan didasari oleh kemampuan Tuhan untuk melakukan apa pun yang tidak mungkin dikerjakan oleh manusia. Perlu pertimbangan cermat dan pengetahuan akan keadaan dan situasi namun dilandasi dengan pengharapan akan kuasa Allah. Contohnya adalah pengharapan yang dimiliki Abraham bahwa ia akan dikaruniai anak meskipun rahim Sara, istrinya, telah menutup.

5. Pengharapan sejati harus dibangun setiap hari melalui hubungan dengan Tuhan. Pengharapan sejati perlu diperbaharui setiap hari dengan memelihara hubungan yang konsisten dengan Tuhan seperti yang dilakukan oleh Paulus (2 Korintus 4:16). Pembaharuan setiap hari perlu dilakukan supaya pengharapan sejati tetap kita miliki.
6. Pengharapan sejati adalah soal kehendak. Kita memiliki kebebasan untuk memiliki pengharapan atau tidak. Di dalam Alkitab disebutkan bahwa kita mempunyai kemampuan untuk memiliki apa yang benar (1 Korintus 10:13; Filipi 2:12; 4:13). Tuhan mau kita berkehendak tetap memiliki harapan hidup. Kita memilih meletakkan pengharapan kita ke dalam tangan-Nya; mengandalkan Dia dan memegang janji-janji-Nya. Kita yang harus menguatkan diri kita sendiri dengan pengharapan yang lebih baik dalam Tuhan.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.